Kamis, 23 Februari 2012

PSIKOLINGUISTIK, Siapa takut....*Karena setiap orang akan mengalami suatu proses pembelajaran bahasa

Assalamualaikum wr.wb
      Memanggil kembali memori di masa lalu tepat nya memori saat di semeter 5 waktu kuliah S1, Psikolinguistik-salah satu mata kuliah yang selalu dinanti, mengapa??? karena dosen nya yang menguasai materi kali ya, tp swear, I love psikolinguistik, itung- itung memperbanyak pengetahuan ttg bagaimana anak-anak menyerap pembelajaran bahasa pertama (L1) dan bahasa ke dua (L2) mereka sekalian belajar klu nanti menjadi seorang ibu untuk anak-anakku hehe Amiin.
Materi tentang psikolinguistik ini saya dapatkan dari browsing dalam versi Indonesia, semoga bermanfaat.


Psikolinguistik
        Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak dalam memproses dan mengkomunikasikan ujaran dan dalam akuisisi bahasa
Hal yang penting adalah bagaimana memproses dan menghasilkan ujaran dan bagaimana akuisisi bahasa itu berlangsung.
        Proses bahasa berlangsung adalah pekerjaan otak. Yang tidak dimengerti dan tidak diketahui yang pasti ialah bagaimana proses pengolahan bahasa sehingga berwujud satuan-satuan yang bermakna dan bagaimana proses pengolahan satuan ujaran yang dikirim oleh pembicara sehingga dapat dimengerti pendengar. Yang pasti segala sesuatu berada dalambatabatas kesadaran ( pembicara maupun pendengar). 
Bagaimana manusia memahami bahasa, memproduksi bahasa dan bagaimana mereka memperoleh kedua kemampuan tersebut. Pemahaman dapat didefinisikan dalam dua sudut pandang: dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit pemahaman berarti proses mental untuk menangkap bunyi-bunyi yang diujarkan seorang penutur untuk membangun sebuah interpretasi mengenai apa yang dia anggap dimaksudkan oleh si penutur, sedangkan dalam arti luas, hasil interpretasi tersebut digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan yang relevan.
       Produksi sering diidentikkan dengan berbicara, meskipun produksi juga mencakup menulis. Dalam berbicara, juga menulis, seorang penutur melakukan dua jenis kegiatan, yaitu merencanakan dan melaksanakan yang meliputi tatar wacana, tatar kalimat, tatar konstituen, program artikulasi dan artikulasi.  
Menurut Foos (dalam Herman J. Waluyo, 2006:1) psikolinguistik adalah ilmu yang menelaah tentang apa yang diperoleh seseorang, jika mereka melaksanakan proses perolehan bahasa (language acquisition); bagaimana mereka memperoleh bahasa (producing language and speech); bagaimana mereka menggunakan bahasa dalam proses mengingat dari memahami bahasa itu (comprehension and memory). Psikolinguistik berhubungan erat dengan psikologi kognitif, yakni psikologi yang membahasa tentang pemaman dan berfikir.
Dari pengertian yang dinyatakan Foos tersebut dapat dilihat, bahwa psikolinguistik berhubungan dengan: (1) proses perolehan bahasa, (2) proses produksi bahasa, dan (3) proses pemahaman dan ingatan. Dalam proses produksi bahasa dibahas juga proses kerja otak manusia. Dalam hal ini kita berhadapan dengan neorolinguistik. Dalam proses perolehan bahasa, kita dihadapkan juga dengan perkembangan bahasa anak. Dalam proses pemahaman bahasa, kita dihadapkan dengan proses mengingat bahasa, dan keduanya merupakan proses bagaimana seseorang mengerti bahasa.
Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi untuk mempelajari cara otak memroses bahasa.
Sosiolinguistik yang mengacu pada pemahaman terhadap konteks sosial tempat terjadinya peristiwa komunikasi. Kemampuan kewacanaan mengacu pada interpretasi terhadap unsur-unsur pesan secara individual, hubungan antara pesan-pesan itu dalam suatu wacana, (koherensi) serta keseluruhan makna wacana.
   Psikolinguistik cenderung bersifat mentalistik dan bukan behavouristik
Karena berhubungan faktor-faktor penggunaan bahasa dengan factor-faktor diluar bahasa di dalam masyarakat bahasa. Faktor-faktor itu misalnya: sopan santun, kepantasan, kejelasan (tidak ambigu), kelayakan (cukup tidaknya ekspresi bahasa), kelucuan, dan sebagainya.
     Sejumlah konsep pendapat-pendapat para teorisi mengenai bagaimana seseorang memahami dan merespons terhadap apa-apa yang ada di alam semesta ini. Kita telah berbicara mengenai pandangan-pandangan kaum mentalis dan kaum bahavioris, terutama dalam kaitan dengan keterhubungan antara bahasa, ujaran dan pikiran. Menurut kaum mentalis, seorang manusia dipandang memiliki sebuah akal (mind) yang berbeda dari badan (body) orang tersebut. Artinya bahwa badan dan akal dianggap sebagai dua hal yang berinteraksi satu sama lain, yang salah satu di antaranya mungkin menyebabkan atau mungkin mengontrol peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bagian lainnya. Dalam kaitan dengan perilaku secara keseluruhan, pandangan ini berpendapat bahwa seseorang berperilaku seperti yang mereka lakukan itu bisa merupakan hasil perilaku badan secara tersendiri, seperti bernapas atau bisa pula merupakan hasil interaksi antara badan dan pikiran. Mentalisme dapat dibagi menjadi dua, yakni empirisme dan rasionalisme.
      Fenomena mentalistik yang dimaksud ialah proses berfikir yang dilakukan secara tidak sadar seperti pemerolehan bahasa pada anak-anak. Bahasa pada anak-anak didapat dari proses memperhatikan tata bahasa serta pembaharuan asli bahasa orangtuanya yang kermudian dia cocokkan rangkaian hipotesis tata bahasa tadi dengan ucapan-ucapan orangtuanya lalu ia apdukan dengan tata bahsa baru buatannya sendiri sebagai tata bahasa tunggal. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak dapat diketahui dengan mengadakan penelitian mengenai bahasa anak itu sendiri. Penelitina itu penting karena bahasa anak memang manarik untuk diteliti. Selain itu juga hasil penelitiannya pun dapat membantu mencari solusi pada aneka ragam masalah serta dari hasil penelitian itu pula jelaslah bahwa fenomena pemerolehan bahasa relevan bagi perkembangan teori linguistic. Walaupun demikian ditemukan pula adanya kesulitan-kesulitan dalam penelitian tersebut. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa meski agak jelas beda dalam permukaan struktur bahasa anak dengan orang dewasa, namun tidak begitu jelas hubungan komponen tata bahasa anak dengan tata bahasa orang dewasa.
Selain pemerolehan bahasa anak, bahasa sebagai satuan kognitif juga menerangkan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Hubungan tersebut jelas sebab apabila kita ingin memandang miliki bahasa sebagai suatu ciri biologis manusia, maka haruslah kita menjelaskan bagaimana cara suatu system biologis seperti otak manusia dapat mewujukan kreativitas.
      Anggapan-anggapan kaum behavioris mengenai keterkaitan antara bahasa dengan pikiran, yang kemudian diikuti oleh argumen-argumen yang menentang anggapan tersebut. Namun, hanya dua anggapan yang paling penting yang disajikan. Dua anggapan lainnya hanya disarikan dan disajikan secara singkat. Anggapan-anggapan bahwa:(1) bahasa merupakan landasan bagi pikiran, (2) bahasa merupakan landasan utama bagi pikiran, (3) bahasa mempengaruhi pandangan, persepsi, dan pemahaman manusia mengenai dunia di sekelilingnya serta mengenai budaya tempat ia hidup memiliki argumen argumen yang kurang kuat. Bukti-bukti bahwa anak-anak yang belum bisa berbicara telah mampu memahami ujaran orang yang berbicara kepadanya, kenyataan bahwa orang tuli dapat memberi respons yang memadai terhadap orang yang berinteraksi dengannya, dan kenyataan bahwa multibahasawan hanya memiliki satu keyakinan dan pandangan hidup, serta kenyataan bahwa orang-orang yang memiliki bahasa yang sama memiliki persepsi yang berbeda mengukuhkan kelemahan argumen tersebut.
        Jika teman-teman ada pendapat, monggo di bagi ilmu nya.....
Wassalamualaikum wr.wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar