Assalamualaikum wr.wb
Memanggil kembali memori di masa lalu tepat nya memori saat di semeter 5 waktu kuliah S1, Psikolinguistik-salah satu mata kuliah yang selalu dinanti, mengapa??? karena dosen nya yang menguasai materi kali ya, tp swear, I love psikolinguistik, itung- itung memperbanyak pengetahuan ttg bagaimana anak-anak menyerap pembelajaran bahasa pertama (L1) dan bahasa ke dua (L2) mereka sekalian belajar klu nanti menjadi seorang ibu untuk anak-anakku hehe Amiin.
Materi tentang psikolinguistik ini saya dapatkan dari browsing dalam versi Indonesia, semoga bermanfaat.
Psikolinguistik
Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak dalam memproses dan mengkomunikasikan ujaran dan dalam akuisisi bahasa
Hal yang penting adalah bagaimana memproses dan menghasilkan ujaran dan bagaimana akuisisi bahasa itu berlangsung.
Proses bahasa berlangsung adalah pekerjaan otak. Yang tidak dimengerti dan tidak diketahui yang pasti ialah bagaimana proses pengolahan bahasa sehingga berwujud satuan-satuan yang bermakna dan bagaimana proses pengolahan satuan ujaran yang dikirim oleh pembicara sehingga dapat dimengerti pendengar. Yang pasti segala sesuatu berada dalambatabatas kesadaran ( pembicara maupun pendengar).
Hal yang penting adalah bagaimana memproses dan menghasilkan ujaran dan bagaimana akuisisi bahasa itu berlangsung.
Proses bahasa berlangsung adalah pekerjaan otak. Yang tidak dimengerti dan tidak diketahui yang pasti ialah bagaimana proses pengolahan bahasa sehingga berwujud satuan-satuan yang bermakna dan bagaimana proses pengolahan satuan ujaran yang dikirim oleh pembicara sehingga dapat dimengerti pendengar. Yang pasti segala sesuatu berada dalambatabatas kesadaran ( pembicara maupun pendengar).
Bagaimana manusia memahami bahasa, memproduksi bahasa dan bagaimana
mereka memperoleh kedua kemampuan tersebut. Pemahaman dapat
didefinisikan dalam dua sudut pandang: dalam arti sempit dan dalam arti
luas. Dalam arti sempit pemahaman berarti proses mental untuk menangkap
bunyi-bunyi yang diujarkan seorang penutur untuk membangun sebuah
interpretasi mengenai apa yang dia anggap dimaksudkan oleh si penutur,
sedangkan dalam arti luas, hasil interpretasi tersebut digunakan untuk
melakukan tindakan-tindakan yang relevan.
Produksi sering diidentikkan dengan berbicara, meskipun produksi juga mencakup menulis. Dalam berbicara, juga menulis, seorang penutur melakukan dua jenis kegiatan, yaitu merencanakan dan melaksanakan yang meliputi tatar wacana, tatar kalimat, tatar konstituen, program artikulasi dan artikulasi.
Produksi sering diidentikkan dengan berbicara, meskipun produksi juga mencakup menulis. Dalam berbicara, juga menulis, seorang penutur melakukan dua jenis kegiatan, yaitu merencanakan dan melaksanakan yang meliputi tatar wacana, tatar kalimat, tatar konstituen, program artikulasi dan artikulasi.
Menurut
Foos (dalam Herman J. Waluyo, 2006:1) psikolinguistik adalah ilmu yang
menelaah tentang apa yang diperoleh seseorang, jika mereka melaksanakan
proses perolehan bahasa (language acquisition); bagaimana mereka
memperoleh bahasa (producing language and speech); bagaimana mereka
menggunakan bahasa dalam proses mengingat dari memahami bahasa itu
(comprehension and memory). Psikolinguistik berhubungan erat dengan
psikologi kognitif, yakni psikologi yang membahasa tentang pemaman dan
berfikir.
Dari
pengertian yang dinyatakan Foos tersebut dapat dilihat, bahwa
psikolinguistik berhubungan dengan: (1) proses perolehan bahasa, (2)
proses produksi bahasa, dan (3) proses pemahaman dan ingatan. Dalam
proses produksi bahasa dibahas juga proses kerja otak manusia. Dalam
hal ini kita berhadapan dengan neorolinguistik. Dalam proses perolehan
bahasa, kita dihadapkan juga dengan perkembangan bahasa anak. Dalam
proses pemahaman bahasa, kita dihadapkan dengan proses mengingat bahasa,
dan keduanya merupakan proses bagaimana seseorang mengerti bahasa.
Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak
manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat
kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi untuk mempelajari cara otak memroses bahasa.
Sosiolinguistik
yang mengacu pada pemahaman terhadap konteks sosial tempat terjadinya
peristiwa komunikasi. Kemampuan kewacanaan mengacu pada interpretasi
terhadap unsur-unsur pesan secara individual, hubungan antara
pesan-pesan itu dalam suatu wacana, (koherensi) serta keseluruhan makna
wacana.
Psikolinguistik cenderung bersifat mentalistik dan bukan behavouristik
Karena berhubungan faktor-faktor penggunaan bahasa dengan factor-faktor diluar bahasa di dalam masyarakat bahasa. Faktor-faktor
itu misalnya: sopan santun, kepantasan, kejelasan (tidak ambigu),
kelayakan (cukup tidaknya ekspresi bahasa), kelucuan, dan sebagainya.
Sejumlah
konsep pendapat-pendapat para teorisi mengenai bagaimana seseorang
memahami dan merespons terhadap apa-apa yang ada di alam semesta ini.
Kita telah berbicara mengenai pandangan-pandangan kaum mentalis dan kaum
bahavioris, terutama dalam kaitan dengan keterhubungan antara bahasa,
ujaran dan pikiran. Menurut kaum mentalis, seorang manusia dipandang
memiliki sebuah akal (mind) yang berbeda dari badan (body) orang
tersebut. Artinya bahwa badan dan akal dianggap sebagai dua hal yang
berinteraksi satu sama lain, yang salah satu di antaranya mungkin
menyebabkan atau mungkin mengontrol peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada bagian lainnya. Dalam kaitan dengan perilaku secara keseluruhan,
pandangan ini berpendapat bahwa seseorang berperilaku seperti yang
mereka lakukan itu bisa merupakan hasil perilaku badan secara
tersendiri, seperti bernapas atau bisa pula merupakan hasil interaksi
antara badan dan pikiran. Mentalisme dapat dibagi menjadi dua, yakni
empirisme dan rasionalisme.
Fenomena
mentalistik yang dimaksud ialah proses berfikir yang dilakukan secara
tidak sadar seperti pemerolehan bahasa pada anak-anak. Bahasa pada
anak-anak didapat dari proses memperhatikan tata bahasa serta
pembaharuan asli bahasa orangtuanya yang kermudian dia cocokkan
rangkaian hipotesis tata bahasa tadi dengan ucapan-ucapan orangtuanya
lalu ia apdukan dengan tata bahsa baru buatannya sendiri sebagai tata
bahasa tunggal. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak dapat diketahui dengan
mengadakan penelitian mengenai bahasa anak itu sendiri. Penelitina itu
penting karena bahasa anak memang manarik untuk diteliti. Selain itu
juga hasil penelitiannya pun dapat membantu mencari solusi pada aneka
ragam masalah serta dari hasil penelitian itu pula jelaslah bahwa
fenomena pemerolehan bahasa relevan bagi perkembangan teori linguistic.
Walaupun demikian ditemukan pula adanya kesulitan-kesulitan dalam
penelitian tersebut. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa
meski agak jelas beda dalam permukaan struktur bahasa anak dengan orang
dewasa, namun tidak begitu jelas hubungan komponen tata bahasa anak
dengan tata bahasa orang dewasa.
Selain pemerolehan bahasa anak, bahasa sebagai satuan kognitif juga menerangkan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Hubungan tersebut jelas sebab apabila kita ingin memandang miliki bahasa sebagai suatu ciri biologis manusia, maka haruslah kita menjelaskan bagaimana cara suatu system biologis seperti otak manusia dapat mewujukan kreativitas.
Selain pemerolehan bahasa anak, bahasa sebagai satuan kognitif juga menerangkan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Hubungan tersebut jelas sebab apabila kita ingin memandang miliki bahasa sebagai suatu ciri biologis manusia, maka haruslah kita menjelaskan bagaimana cara suatu system biologis seperti otak manusia dapat mewujukan kreativitas.
Anggapan-anggapan
kaum behavioris mengenai keterkaitan antara bahasa dengan pikiran, yang
kemudian diikuti oleh argumen-argumen yang menentang anggapan tersebut.
Namun, hanya dua anggapan yang paling penting yang disajikan. Dua
anggapan lainnya hanya disarikan dan disajikan secara singkat.
Anggapan-anggapan bahwa:(1) bahasa merupakan landasan bagi pikiran, (2)
bahasa merupakan landasan utama bagi pikiran, (3) bahasa mempengaruhi
pandangan, persepsi, dan pemahaman manusia mengenai dunia di
sekelilingnya serta mengenai budaya tempat ia hidup memiliki argumen
argumen yang kurang kuat. Bukti-bukti bahwa anak-anak yang belum bisa
berbicara telah mampu memahami ujaran orang yang berbicara kepadanya,
kenyataan bahwa orang tuli dapat memberi respons yang memadai terhadap
orang yang berinteraksi dengannya, dan kenyataan bahwa multibahasawan
hanya memiliki satu keyakinan dan pandangan hidup, serta kenyataan bahwa
orang-orang yang memiliki bahasa yang sama memiliki persepsi yang
berbeda mengukuhkan kelemahan argumen tersebut.
Jika teman-teman ada pendapat, monggo di bagi ilmu nya.....
Wassalamualaikum wr.wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar